Oleh : Nurjannah Suharjo
''Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.'' (QS Al-An'am [6]: 60).
Al-Maraghi dalam tafsirnya mengemukakan arti ayat di atas bahwa Allah SWT berkuasa mematikan nyawa manusia ketika tidur. Lewat tidur Allah SWT menghilangkan kekuatan indra manusia serta menghalanginya berbuat terhadap diri sendiri. Hanya Dialah yang mengetahui seluruh perbuatan tiap manusia di siang hari, apakah amal sepanjang harinya itu baik ataukah buruk. Ini dengan harapan agar manusia mengintrospeksi diri (muhasabah) sebelum tidur, dan menyadari akan kembali kepada Allah SWT guna mempertanggungjawabkan segala perbuatannya semasa hidup. Boleh jadi, itulah tidur sekaligus hidup terakhir kalinya, sebagai pengingat timbangan neraca rugi laba selama seharian meniti hidup. Kalau diperkirakan memperoleh laba kebajikan yang banyak, maka patutlah ia memuji-Nya. Sebaliknya, kalau defisit akibat banyak dosa, maksiat, dan kemungkaran, maka saatnya memohon maaf, ampunan, dan taubat kepada Sang Khalik.
Rasulullah SAW saat menjenguk Fathimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib, memberi nasihat agar memperbanyak kalimat thayyibah sebagai penutup sebelum tidur. Beliau mengajarkan agar putri dan menantunya membaca tahlil (laa ilaaha illallaah), tasbih (subhaanallaah), tahmid (alhamdulillaah), takbir (Allaahu akbar), ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.Lafadz-lafadz zikir di atas mengandung makna pemurnian kembali akan tauhid kepada Allah SWT, disertai menyucikan nama-Nya, memuji atas nikmat-Nya, mengagungkan kebesaran-Nya, dan memohon perlindungan-Nya atas segala kejahatan jin dan manusia.
Juga sebagai tanda pengakuan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan apa pun selain yang telah diberikan-Nya. Dilanjutkan dengan membaca doa Bismika allaahumma ahyaa wa amuut (Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati). Menunjukkan bahwa hidup dan mati menjadi milik dan kekuasaan Allah SWT.
Rasulullah SAW tidak menyukai begadang terlalu malam tanpa alasan ibadah yang dibenarkan. Padahal esok hari selepas tidur, Mukminin sepantasnya mengawali hari baru dengan mendirikan shalat malam (tahajud) sebagai tambahan amal diikuti shalat Subuh berjamaah. (QS Al-Isra [17]: 78-79).
http://republika.co.id/kolom_detail.asp?id=260988&kat_id=14
''Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.'' (QS Al-An'am [6]: 60).
Al-Maraghi dalam tafsirnya mengemukakan arti ayat di atas bahwa Allah SWT berkuasa mematikan nyawa manusia ketika tidur. Lewat tidur Allah SWT menghilangkan kekuatan indra manusia serta menghalanginya berbuat terhadap diri sendiri. Hanya Dialah yang mengetahui seluruh perbuatan tiap manusia di siang hari, apakah amal sepanjang harinya itu baik ataukah buruk. Ini dengan harapan agar manusia mengintrospeksi diri (muhasabah) sebelum tidur, dan menyadari akan kembali kepada Allah SWT guna mempertanggungjawabkan segala perbuatannya semasa hidup. Boleh jadi, itulah tidur sekaligus hidup terakhir kalinya, sebagai pengingat timbangan neraca rugi laba selama seharian meniti hidup. Kalau diperkirakan memperoleh laba kebajikan yang banyak, maka patutlah ia memuji-Nya. Sebaliknya, kalau defisit akibat banyak dosa, maksiat, dan kemungkaran, maka saatnya memohon maaf, ampunan, dan taubat kepada Sang Khalik.
Rasulullah SAW saat menjenguk Fathimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib, memberi nasihat agar memperbanyak kalimat thayyibah sebagai penutup sebelum tidur. Beliau mengajarkan agar putri dan menantunya membaca tahlil (laa ilaaha illallaah), tasbih (subhaanallaah), tahmid (alhamdulillaah), takbir (Allaahu akbar), ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.Lafadz-lafadz zikir di atas mengandung makna pemurnian kembali akan tauhid kepada Allah SWT, disertai menyucikan nama-Nya, memuji atas nikmat-Nya, mengagungkan kebesaran-Nya, dan memohon perlindungan-Nya atas segala kejahatan jin dan manusia.
Juga sebagai tanda pengakuan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan apa pun selain yang telah diberikan-Nya. Dilanjutkan dengan membaca doa Bismika allaahumma ahyaa wa amuut (Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati). Menunjukkan bahwa hidup dan mati menjadi milik dan kekuasaan Allah SWT.
Rasulullah SAW tidak menyukai begadang terlalu malam tanpa alasan ibadah yang dibenarkan. Padahal esok hari selepas tidur, Mukminin sepantasnya mengawali hari baru dengan mendirikan shalat malam (tahajud) sebagai tambahan amal diikuti shalat Subuh berjamaah. (QS Al-Isra [17]: 78-79).
http://republika.co.id/kolom_detail.asp?id=260988&kat_id=14
No comments:
Post a Comment