Mimpi itu Membawa Hidayah
M. Syamsi Ali
Sekitar sebulan lalu, pada kelas Islamic Forum for non Muslims, hadir seorang pria berkulit hitam dengan rambut panjang yang diikat. Terlihat cukup menyeramkan, tapi sejak awal hadir di kelas itu dia nampak sopan dan sesekali tersenyum. Rambut panjang yang terikat, lengannya yang bertatto serta jari jemarinya yang dipenuhi cincin berwarna perak, cukup menarik perhatian.
Hari itu pembahasan berkisar Kalender Islam, Tahun Baru dan Hijrah. Pria itu=2 0nampak sekali pendiam, bahkan ketika yang lain ramai bertanya, dia hanya nampak memperhatikan dengan seksama dan sesekali mengangguk pertanda setuju.
Di Islamic Forum biasanya memang saya tidak mulai dengan bertanya kepada semua yang baru hadir. Khawatir jika ada di antara mereka yang memang hadir untuk sekedar dengar-dengan dan tidak ingin diekspos. Tapi jika mereka pada akhirnya mereka tinggal dan memperlihatkan keseriusan, di situlah biasanya saya melakukan dialog secara serius.
“Hi my friend, is this your time to this class?”, tanyaku padanya.
Dengan tersenyum pria itu nampak terkejut, mungkin tidak menyangka saya akan langsung bertanya kepadanya. Apalagi, dalam benak sebagian non Muslim, seorang Imam itu adalah sosok yang sacral dan terhormat, mungkin mirip-mirip pendeta atau bahkan mungkin lebih.
“Hi sir!.. Yes, this is my first day to a mosque”, jawabnya santai sambil merubah posisi duduknya.
“And what is your name my Brother!”, tanya saya mencoba menyelami.
“Danes!”, jawabnya singkat.
“Sorry to ask, but how did you know about this forum?”, tanyaku lagi.
“I got it from an internet search, sir!”, jawabnya.
Saya terkejut sebab rasanya belum pernah saya membuat pengumuman di internet atau advertisement lewat online. Ternyata, dia mencoba menelusuri mesjid-mesjid di kota New York dan pada akhirnya ketemu dengan Islamic Cultural Center of New York, dan di salah satu bagian dari ICC-NY itu ada program ini.
“Danes, what really made you interested to learn Islam?”, pancingku. 0A
Nampak pria itu sedikit serius, tapi kemudian melihat teman-teman lain sambil tersenyum. “I think…I hope this is not a non sense to you all”, katanya sambil melihat peserta Islamic Forum yang lain.
Saya kemudian menyelah, “nothing is non sense in this class. Nothing is considered stupid question in this class”, jelasku.
Sambil menarik napas dia menjelaskan bahwa sejak beberapa bulan terakhir ini dia selalu gelisah. Gelisah karena beberapa malam sebelumnya, dan bukan hanya sekali atau dua, tapi menurutnya beberapa kali bermimpi ketemu dengan adiknya. Adik yang bernama Derick itu yang menurutnya meninggal dua tahun lalu.
“And so what really made you decide to learn Islam?”, tanyaku.
“My brother was a Moslem, and practicing Moslem”, jelasnya. =0 A
Dia kemudian bercerita banyak mengenai adiknya, yang menurutnya sebelum masuk Islam santat brutal. Selalu berkelahi dan lebih tragis lagi, sering keluar masuk penjara karena berbagai kejahatan yang dilakukannya. Akhirnya, di penjaralah dia menemukan seorang Muslim dan akhirnya mendapat hidayah.
Sementara Danes sendiri adalah seorang Kristen. “I still remember, on Sunday I went to the Church, but my Brother was so dedicated and he always had his cap (kopiah putih) on every time”, jelasnya. Walaupun dia mengakui bahwa dia ke gereja tidak lain karena itulah yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya setiap hari Minggu. “I felt it’s more a family thing than religious”, akunya.
Saya kemudian meminta maaf kepada peserta Islamic Forum yang lain karena saya akan kembali berbicara mengenai dasar-dasar Islam. “Sorry guys! I have to talk about things we had talked many times before”, kataku.
Saya jelaskan ke Danes bahwa Islam adalah agam a yang diturunkan oleh Tuhan kepada hamba-hambaNya melalui para rasul, termasuk yang terakhir Isa A.S. Bahwa pada intinya, semua nabi dan rasul membawa ajaran yang sama. Barangkali yang berbeda adalah syariah atau hukum-hukum praktis, yang sudah pasti berbeda dari masa ke masa, sesuai dengan keadaan masing-masing.
Sedikit panjang lebar saya menjelaskan mengenai dasar-dasar Islam dengan bertolak dari prinsip “Tauhid” (Unity). Saya katakana kepada Danes, semua usur bangunan Islam itu dibangun di atas dasar Tauhid (Oneness), yang pada intinya memiliki empat sisi:
Kesatuan (oneness) Tuhan (Tauhid Allah).
Kesatuan Ajaran (Islam)
Kesatuan Manusia (insaniyah/basyariy ah)
Kesatuan Hidup (Pengabdian kepada Allah)
Tanpa terasa konsep Tauhid dengan empat sisi ini saya jelaskan hampir sejam dan tanpa selingan kata dari semua peserta, termasuk Danes. Pada akhirnya saya bertanya kepada Danes, apakah ada hal-hal lain yang ingin ditanyakan?
Danes dengan sedikit tersenyum hanya menggelengkan kepala. Dan bersamaan pula sang mu’azzin mengumandangkan azan untuk shalat Asr. Semua peserta secara teratur meninggalkan ruangan, tapi Danes masih terlihat duduk dan mewmberikan isyarat dengan jarinya jika dia ingin berbicara secara pribadi.
Setelah semua peserta bubar untuk shalat Asr, termasuk non Muslims, biasanya ikutan shalat, Danes duduk bersama saya sambil menunggu Iqamah dalam masa 10 menit.
“Sir, I really had thought this for the last hew days, but did not know what to do”, dia memulai.
“What did you mean?”, tanyaku.
“I am thinking to convert to Moslem”, jawabnya tegas.
“Really? Are sure that this is the religion, the truth that you are looking for?”, pancingku.
“Yes sir!”, jawabnya lebih tegas lagi.
Segera saya memanggil security untuk menunjukkan Danes kamar mandi. Saya meminta agar dia diajari berwudhu, kemudian ajaklah dia ke ruang shalat.
Beberapa menit kemudian saya menuju ruang shalat. Tapi sebelum dilakukan iqamah, saya memberikan shalat kepada jama’ah dan mengumumkan bahwa alhamdulilah, Allah telah memberikan hidayah kepada salah seorang hambaNya, dan kita ingin jika hamba ini masuk islam sebelum shalat Asr dimulai agar dia bisa melakukan shalat pertamanya bersama kita.
Saya kemudian meminta Danes maju ke depan, dan dengan mata yang berkaca-kaca dia nampak khusyuk mengikuti: “Ash-hadu an laa ilaaha illa Allah- wa ash-hadu anna Muhammadan Rasul Allah”.
Ratusan jama’ah yang hadir mengagumkan kebesaran Allah dengan pekikan “Allahu Akbar!”.
Semoga Danes tumbuh dalam keimanan, tegar dalam keislaman dan menjadi pejuang di jalanNya! Amin!
New York , 23 Januari 2009
__._,_.___
No comments:
Post a Comment